Selasa, 10 April 2012

Menikmati Legitnya Laba Martabak Sarang Semut




KOMPAS.com - Rasanya sudah tak asing mencicipi martabak di lidah kita. Bundar, kecoklatan, dan rasanya yang legit menjadi ciri khas dari jajanan pasar ini. Jenisnya pun bermacam-macam tergantung variasi penjualnya, seperti martabak Bangka, martabak Bandung, bahkan martabak telur.

 

Satu lagi jenis martabak yang begitu unik hadir saat berlangsungnya pameran makanan Bogasari Expo 2009, yang berlangsung pada 20-22 November 2009, di Lapangan Aldiron , Pancoran, Jakarta. Dari berbaagai stand makanan yang hadir dalam pameran tersebut, Martabak Sarang Semut selalu ‘dikerubuni’ oleh para pengunjung.

Karena penasaran, Kompas.com mencoba mengunjungi stand tersebut. Meski sibuk membuat martabak, Cecep, salah satu pencetus ide Martabak Sarang Semut ini, bersedia untuk diwawancara. Cecep mengisahkan, awalnya ia dan para kawannya yang tergabung dalam IKKI Group mencari ide kreasi baru. Maklum, semuanya berkecimpung dalam dunia masak.

Pada Januari 2009, Martabak Sarang Semut diperjualbelikan. Dinamakan Sarang semut, ucap Cecep, karena saat memanggang adonannya berbentuk seperti sarang. Dengan 3 variasi rasa, yaitu martabak manis, martabak asin, dan martabak brownies, jajanan pasar ini begitu laris di pasaran.

“Awalnya, kami kesulitan untuk membuat martabak ini beda dari yang lain. Setelah melakukan berbagai uji coba, akhirnya kami berhasil menemukan inovasi baru, yaitu martabak tanpa ragi tapi lembut. Orang lain menggunakan ragi pada martabaknya, tapi kami tidak” jelas Cecep dalam pameran Bogasari Expo, Sabtu (21/11).

Di samping lembut, ia menjamin martabak Sarang Semut lebih sehat dari martabak lainnya. Selain tanpa ragi, gula yang digunakan sedikit. Untuk satu kilo gula saja, jelasnya, baru habis untuk 40 buah martabak, sehingga orang diabetes pun masih dapat menikmati martabak ini. “Martabaknya enak, mbak, beda dengan yang lainnya. Encer tapi lembut..., “ ucap salah satu pelanggan yang setia menunggu pesanannya.
Cecep mengaku, jajanan ini begitu laris manis.  Selama 10 bulan, martabak hasil temuan IKKI Group ini telah menyebar ke seluruh propinsi (kecuali Medan dan Aceh) di Indonesia dengan 300 cabang. Di Jakarta sendiri sudah ada 20 cabang, yang kebanyakan terdapat di mal-mal. Di samping itu, martabak ini juga diekspor hingga ke pasar internasional, seperti Cina, Vietnam, dan Singapura.

Menurutnya, sistem pemasaran mulai dilakukan dari pameran ke pameran, seperti Bogasari Expo. Melihat bisnis ini laku di pasaran, IKKI Group mulai melakukan franchise seharga Rp. 18.000.000 dan hanya men-stock adonannya.

Sebanyak dua puluh kilogram adonan dapat habis dalam sehari. Sementara dalam sebulan dapat menghabiskan sekitar 2 ton itu. Satu kilo sendiri sama dengan 22 martabak. Harganya pun berbeda tergantung dari jenis dan variasinya,mulai Rp. 5.000 hingga Rp. 8.000.

Kenapa martabak? Meski banyak di pasaran, jajanan ini ujarnya, selalu ada pembeli. Pembelinya juga tak terbatas pada umur dan kalangan tertentu, sehingga siapa pun dapat membelinya. “ Martabak juga bisnis long lasting, kami tak mau bermain-main dan tak sekedar mencoba saja,” tambah Cecep.

Selain unik, ia menceritakan rahasia agar adonannya tetap lembut. “Kami selalu mengutamakan kualitas, rasa, dan teksturnya,” ucap Cecep. Untuk mendapatkan kualitas adonan yang bagus, ia tak mau menggunakan sembarang tepung. Untuk itu, ia menggunakan tepung terigu Bogasari. “Kami sudah menjadi mitra Bogasari sejak awal berbisnis,” ujarnya.

“Tak takut dengan persaingan, Pak?” tanya Kompas.com. Banyak yang mencoba mengikuti usaha martabak ini, ujarnya,namun di tengah jalan, tak jarang dari mereka yang berhenti. Menurutnya, ia sangat terbuka dengan persaingan yang ada. “Itu yang kami tunggu, jadi orang bisa melihat martabak siapa yang terbaik,” tegas Cecep dengan semangat.

Begitu banyaknya pembeli yang terus berdatangan, membuat semakin penasaran mencoba martabak Sarang Semut. Kompas.com memesan martabak Brownies coklat kacang dan Brownies coklat keju seharga Rp. 5.000  per buah. Mmmm... ternyata memang lembut dan enak. Sekali gigit, jadi ketagihan deh...
Sumber : http:kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar